Kamis, 30 Juli 2015

Dago Pakar Waterfall, Bandung


Melanjutkan cerita perjalanan ke Bandung yang MASIH belum selesai juga (hadeeehhh...ini bersambungnya emang lamaa, maap yaah pemirsa) ada cerita terakhir dari tempat yang aku, anakku dan teman-teman kunjungi, yaitu Dago Pakar Waterfall. Berbeda dengan Kawah Putih dan Bukit Moko yang alami, air terjun ini asssli bikinan manusia. Ngga heran doong ya dengan penampakan yang rapih dan bersih.

Air Terjun Dago Pakar ini berada di dalam kawasan Dago Pakar dekat dengan belokan menuju Hotel Marbella Dago tempat kami semua menginap. Tapii karena saking deketnya dari hotel dan dilewatin pulang pergi cuma ya baru sempet foto-foto di hari terakhir nginap sebelum kita pulang.

Air Terjun buatan ini memang pas untuk jadi background foto, karena detailnya yang alami mirip seperti sungguhan dengan tatanan taman yang apik serta ubin warna warni. Karena memang sebagai hiasan kawasan dago pakar maka menuju ke air terjun ini tidak dipungut biaya alias gratis. Tidak banyak yang bisa diceritakan dari air terjun buatan ini, karena memang bukan kawasan wisata.


Rabu, 22 Juli 2015

Hutan Pinus Gunung Pancar, Sentul City, Bogor



Menghabiskan masa cuti bersama Yanda yang harus dimaksimalkan, maka Selasa (21/7) kemarin kita bertiga piknik ke Gunung Pancar, Sentul, Bogor. Masih inget doong dengan cerita kunjungan ke Bukit Moko, Bandung yang ada Bukit Bintang dengan hamparan pohon pinus yang menjulang, karena ketika di Bandung ngga sempat (bukan waktunya, tapi tenaganya) meneruskan perjalanan ke hutan pinus maka terbayar sudah di Gunung Pancar, Sentul.


Mencari lokasi hutan pinus Gunung Pancar awalnya percaya dengan aplikasi Maps dari ponsel, mengingat aplikasi ini sering membantu mengarahkan sampai tujuan dengan benar. Tapi tidak untuk kali ini. Karena tujuan Gunung Pancar yang diarahkan menuju ke Curug Bidadari yang letaknya melenceng jauh. Karena ingat pernah membaca di sebuah blog tentang jalan menuju Gunung Pancar yang mengikuti arah Jungle Land maka cara satu-satunya adalah bertanya (malu bertanya memang akan sesat dijalan). Daripada kita malah terus ke Jungle Land kan ya (gapapa juga siih, tapi harga tiket holiday yang bikin males, mending nunggu harga normal aja). Setelah bertanya dengan si akang tukang warung yang menunjukkan arah yang tepat maka sampailah kita di lokasi Gunung Pancar.

Arah persis menuju Gunung Pancar memang serupa dengan arah menuju ke tempat wisata Jungle Land, keluar tol di Sentul Selatan ikuti petunjuk menuju Jungle Land lalu sebelum pos masuk ke tempat parkir Jungle Land (setelah ruko) ambil jalan berbelok ke kanan. Lurus terus sampai menemukan pertigaan 'Pedagang Sate Kiloan' belok ke kanan lagi dan lurus terus ikuti jalan. Setelah melewati bukit dengan jarak tidak jauh akan terlihat gapura besar bertuliskan 'Gunung Pancar'. Atau bisa juga mengikuti petunjuk arah bertuliskan 'pemandian air panas'.

Lokasi persis Gunung Pancar di Desa Karang Tengah, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor ini sebenarnya sudah diketahui penduduk Bogor dan Sekitarnya sejak lama. Namun sejak social media populer dengan foto-foto di spot unik maka lokasi Gunung Pancar makin terkenal. Ya apalagi kalau bukan karena 'pose' diantara hutan pinus yang menjulangnya itu.


 
Walaupun ketika sampai di Gunung Pancar di waktu matahari lagi panas-panasnya (sekitar jam 11) tapi ngga terasa terik looo, ya karena tertutup pohon pinus yang tinggi dan berada di ketinggian kurang lebih 800m diatas permukaan laut. Kegiatan berlanjut dengan mengeluarkan tongsis dari tas dan acara jeprat jepret narsis kekinian diantara pinus yang menjulang pun berlangsung. Di dalam hamparan pohon pinus terdapat banyak batu batu besar yang dimanfaatkan pengunjung untuk 'pose'. Ada juga beberapa keluarga besar yang asik ngadem sambil gelar tikar dan membuka bekal makanan. Berhubung rencana piknik ini dadakan dan memang rencana mau makan siang di resto ikan bakar di kawasan Sentul jadi makanan yang dibawa hanya roti, chiki dan air putih, nikmati ajaaa apa yang ada sambil duduk duduk santai.

Di dalam kawasan Hutan Pinus terdapat camping ground dengan satu tenda besar yang berdiri saat itu. Mungkin ketika musim liburan sekolah yang tidak bertepatan dengan lebaran akan ada lebih banyak tenda. Ketika masuk tadi memang terdapat tulisan di bagian informasi bahwa mereka menyewakan tenda, sayangnya tidak sempat bertanya harga untuk jadi referensi alternatif karena mas banu beberapa kali minta liburan bikin kemah di hutan.



Di area Camping ground terlihat bersih, sayangnya area lain di sekitarnya kotor dengan sampah bekas nasi bungkus, snack, botol air minum, dll. Kenapaaaa yaaa kawasan se-adem ini harus dihiasi dengan sampah, apa ngga bisa yaa pengunjung itu mengumpulkan sampah dan membawanya kembali sampai menemukan tong sampah.

Sementara dua jagoan itu lari larian bercanda, bundanya duduk santai di batu sampai alarm perut bunyi tanda lapar karena ngga terasa sudah jam 1 siang. Saatnya beranjak karena kita juga harus sholat Dhuhur. Lain waktu kesini lagi agak pagian, pakai sepatu kets dan sepeda untuk jalan jalan di track sekitar yang sudah ter-aspal rapih berikut perbekalan lengkap plus tika. 

 



Sebelum makan siang kami mampir untuk sholat Dhuhur di Masjid Jami Al Munawaroh di sekitar bundaran arah Jungle Land yang merupakan sebuah masjid dengan konsep terbuka dan desain yang unik. 






Gagal ke Ancol Ecopark

Dikarenakan si mas beberapa kali bilang mau ke pantai akhirnya hari minggu (19/7) atau H+2 kemarin memutuskan untuk rekreasi ke Ancol. Kenapa rekreasi ini dibilang gagal, karena tujuan awal kami ke Ancol yang semula mau ngadem ke Ancol Ecopark, berakhir dengan hanya 'numpang makan siang' di Ancol Mall. Kondisi awalnya adalah setelah membayar tiket masuk semua mobil diarahkan parkir di lapangan luas depan Ancol Beach City Mall dan harus menggunakan bis khusus kawasan untuk menuju lokasi yang diinginkan.

Dikarenakan saking banyaknya pengunjung maka desak desakan ketika bis datang pun jadi pemandangan umum. Di bagian lain 'halte bayangan' terdapat jajaran bangku yang dipenuhi orang tua serta keluarga yang membawa anak balita. Kondisi seperti ini memang menyebalkan untuk sebagian orang (termasuk aku), karena tujuan membawa mobil sudah pasti untuk kenyamanan dengan membawa serta orang tua, anak anak, sekaligus perbekalan piknik di dalamnya. Tapi dengan kondisi yang mengharuskan melanjutkan perjalanan dengan bis maka bisa dibayangkan yaa rempongnya harus membagi tugas antara menggendong atau menggandeng anak, membawa tikar, menenteng stroller, kotak makanan (atau bahkan beberapa membawa termos air panas besar juga), sampai menuntun orang tua yang takut didorong orang lain.

Mungkin akan lebih enak naik Trans Jakarta sepertinya dengan shelter akhir yang letaknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki menuju Dufan, Gelanggang Samudra atau Atlantis. Mengingat Ancol Beach City Mall ini letaknya jauh di ujung yang tidak memungkinkan untuk berjalan kaki. Akhirnya dengan melihat kondisi yang 'riweh' tersebut kami bertiga mengurungkan niat ke Ancol Ecopark karena berpikir berangkatnya saja sulit, apalagi pulangnya...dan melangkahkan kaki ke Ancol Beach City Mall untuk sejenak melihat pantai.

Sesuai dugaan, di dalam mall juga penuh pengunjung yang mungkin sebagian besar adalah pengunjung yang seperti kami, malas untuk berdesakan naik bis. Ancol Beach City Mall memiliki bagian yang menghadap langsung ke pantai, dan si mas semangat mau berendem kaki sambil main pasir. Untungnya karena pantainya penuh orang dan panas matahari yang terik si mas hanya mencelupkan kakinya dan tidak perlu sampai mandi, karena kamar mandinya pun super antri, maka tisu basah menjadi penolong.

Selesai main alakadarnya di pantai lanjut cari makan siang di dalem mall dan pulang. Singkat banget sampai serasa 'beli tiket masuk untuk pulang'. Kesimpulannya kalau lagi holiday season jangan pernah berpikir untuk ke Ancol.

Karena hampir semua bagian penuh orang, jadi fotonya hanya seperti ini aja nih, ngga ada foto lain.