Senin, 22 Juni 2015

Bukit Moko dan Warung Daweung, Bandung

Beres beli oleh oleh serba angklung di Saung Angklung Udjo perjalanan dilanjutkan dengan tujuan Bukit Moko. Menuju ke Bukit Moko dengan meneruskan Jalan Padasuka ke arah atas menuju Desa Cimenyan sampai mentok dengan waktu tempuh sekitar setengah sampai dengan 1 jam. Nah mentoknya ini yang membuat perjalanan terasa agak jauh mengingat tipe jalanan kecil dan menanjak curam (meskipun di aplikasi peta terpampang waktu tempuh kisaran 30 menit aja).

Di sepanjang perjalanan menuju Bukit Moko kita disuguhkan pemandangan yang 'hijau' alami nan sejuk. Sebenarnya pemandangan serupa dengan daerah puncak, yang juga menampilkan susunan sawah dan kebun yang rapih. Cuma yaaa tetep yaa, orang kota yang biasa ngeliat pemandangan tembok beton kalau melihat yang 'hijau-hijau' alami langsung terkesima.

mirip puncak kan
Sebagai informasi, tidak ada kendaraan umum yang lewat sini. Satu-satunya cara mencapai Bukit Moko adalah dengan menggunakan kendaraan pribadi, sepeda, motor, mobil, atau kalau ingin ekstrim bisa dengan berjalan kaki. Perlu diingat, karena kondisi jalanan yang menanjak terjal dan terbilang ekstrim maka mobil yang digunakan usahakan jangan sedan yaa.

Bukit Moko ini sebenarnya sudah dikenal oleh warga Bandung sebagai puncak tertinggi kota Bandung dengan ketinggian 1500m diatas permukaan laut. Keberadaan Bukit Moko makin terkenal dan populer via jejaring sosial semenjak banyak orang berpose di atas puncak Bukit Moko ketika matahari terbit atau terbenam dan pemandangan malam dengan kelap kelip lampu kota Bandung. Keinginan mengunggah foto yang serupa lah yang menjadikan banyak orang mulai berbondong bondong datang ke tempat ini.

sambil ngambil napas ketika nanjak, pose duluuu !!

Sampai di area parkir Bukit Moko kami perlu menanjak cukup tinggi. Untungnya Mas Banu tetap enjoy dan ngga rewel waktu nanjak (malah bundanya yang ngos ngos an akibat minim olahraga). Lokasi pertama yang terlihat adalah Warung Daweung, warung yang tenar karena letaknya diatas Bukit Moko dan jadi spot foto-foto matahari terbit/terbenam. Di sisi lain terdapat penunjuk arah menuju Bukit Bintang dengan hamparan hutan pinus yang menjulang. Di tengah pohon-pohon tinggi itulah yang juga menjadi spot foto favorit yang dipajang di sosial media. Untuk masuk ke kawasan hutan pinus pengunjung dikenakan tarif Rp.8.000/orang. 
foto di pojok Warung Daweung

begini penampakan bukit pinusnya dan abaikan modelnya (huhu....tutup pala biar ga dijitak)


Karena berpikir jalan akan terus menanjak, aku takut kondisi si mas kecape'an (anaknya sih seger buger keliatannya, tapi jujur emaknya yang berasa pegel banget), maka memutuskan untuk stop di Warung Daweung bareng Windy. Sementara Yayu dan temannya Lala meneruskan menuju hutan pinus. Warung Daweung menjual paket makanan satu harga Rp.25.000 dengan beberapa pilihan isi paket. Secara garis besar isi dalam paket tersebut terdapat air mineral, minuman hangat dan makanan. Perlu diperhatikan mengingat keberadaan diatas bukit maka jangan sekali-sekali bisa membayar dengan debit apalagi credit card di warung ini. Oleh karena itu pastikan membawa uang cash yang cukup.

Menjelang magrib Yayu dan temannya kebali ke Warung Daweung dan menjelaskan kondisi jalan yang landai di hutan pinus (huhu....next time siapkan kondisi prima biar bisa total travellingnya). Sayangnya beberapa saat sebelum matahari terbenam turunlah gerimis mengundang, jadi matahari terbenamnya agak tertutup awan, tapi tetep bisa dinikmati keindahannya, lumayanlahhh daripada manyun.

sesaat sebelum langit gelap

ngeliat apa siiih tantee ?


ketika langit sudah gelap
Karena kondisi gerimis yang terus menerus datang tanpa berhenti, maka kondisi jalan bisa dipastikan licin (khawatir gimana turunnya). Dan kekhawatiran saya ternyata benar adanya. Kondisi jalan yang menggunakan batu kali menjadi super licin ketika terkena tetesan hujan plus tanah lempung dari sekitarnya yang bisa dibayangkan bagaimana licinnya dan kami harus melewatinya dengan kondisi MENURUN !. Butuh perjuangan ekstra dengan beberapa kali terpeleset ketika menuruni bukit. Kondisi terpeleset inilah yang ditakutkan karena berpotensi untuk tergelincir sampai ke bawah, plus minimnya penerangan disana. Kondisi jalan yang seperti itu memang terbilang sulit dilintasi walaupun tanpa alas kaki sekalipun (makin berbahaya tanpa alas kaki karena beberapa bagian sudut batu kali yang tajam) mengingat alas kaki kami semua rata-rata bersol karet yang bisa dibilang nyaman untuk kondisi ekstrim, tapi ternyata tidak untuk jalur kali ini.

Berdasarkan pengalaman aku dan teman-teman, beberapa kondisi berikut perlu diperhatikan sebelum memutuskan pergi ke Bukit Moko :
1. Gunakan kendaraan tinggi yang siap untuk medan menanjak.
2. Bawa uang tunai cukup.
3. Bawa jaket atau sweater, karena kondisi malam yang dingin.
4. Usahakan membawa senter kecil, jangan mengandalkan senter dari ponsel.
5. Pakai alas kaki nyaman, atau sepatu sport.

Jangan lupa baca juga pengalaman kami mengunjungi Kawah Putih yaaa.




Minggu, 21 Juni 2015

Saung Angklung Udjo

Melanjutkan tulisan Bandung Trip hari pertama ke Kawah Putih yang sempat tertunda karena drama Demam Berdarah yang menerjang aku dan pak suami maka project tulisan perjalanan hari kedua baru dilanjutkan sekarang. Di hari kedua jalan-jalan personil bertambah 1 orang teman Yayu sejak semalam, jadi rombongan total sekarang adalah 4 dewasa dan satu anak kecil. Rute pertama perjalanan adalah makan Mie Bakso Akung yang terletak di Jl. Lodaya No.123, Bandung. Ceker dan pangsit kuah tetap jadi menu favoritku disini, dan ternyata mas Banu juga suka (emang pada dasarnya anak ini doyan ceker). Perut kenyang, lalu lanjut ke rute berikutnya, yaitu Saung Angklung Udjo yang berada di Jl.Padasuka No.118. 

Sebagai informasi yang dikutip dari sumber Wikipedia, Saung Angklung Udjo dibangun pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena atau juga dikenal sebagai Mang Udjo bersama dengan istrinya, Uum Sumiati, dengan tujuan melestarikan seni dan budaya tradisional Sunda.Sesuai dengan tema yang mengusung 'saung' suasana tempat ini memang asri dengan dikelilingi pohon bambu dan bangunan yang didominasi bambu. 



denah Saung Angklung Udjo
Di tempat ini terdapat sasana untuk pertunjukkan (yang sayangnya ketika disana sedang tidak ada pertunjukkan yang berlangsung melainkan suasana sibuk persiapan menjelang KAA dimana Saung Angklung Udjo menjadi bagian dalam rangkaian acaranya), serta toko oleh-oleh yang menjual hasil tangan perajin lokal yang membuat aneka macam angklung mulai dari yang mini sampai yang besar, wayang, dan berbagai benda kerajinan lainnya. Di lokasi ini juga terdapat pusat produksi angklung dimana pengunjung dapat melihat cara membuat angklung dan bahkan bisa mencoba membuatnya sendiri. 







Berdasarkan informasi yang dikutip dari blog verdisebandung di Saung Angklung Udjo anda bisa melihat berbagai macam kesenian seperti demontrasi wayang golek, upacara heleran, tari tradisional, angklung pemula, angklung orchestra masal dan arumba serta yang paling membuat terkesan yaitu wisatawan akan diajak untuk menari dengan anak-anak. Suasana seperti inilah yang membuat para wisatawan yang pernah berkunjung kemari ingin kembali lagi untuk merasakan suasana khas sunda. Pertunjukan yang rutin berlangsung di Saung Angklung Udjo adalah pertunjukkan Bambu Petang yang biasa ditampilan setiap hari mulai pukul 15.30 wib.

Harga tiket masuk untuk menyaksikan pertunjukkan di Saung Angklung Udjo adalah sebagai berikut :
Wisatawan Lokal             : Rp. 60.000
Wisatawan Mancanegara : Rp. 100.000
Pelajar                            : Rp. 35.000
Harga itu sudah termasuk souvenir berupa kalung berbandul angklung, brosur dan minuman gratis.

Angklung merupakan instrumen musik tradisional yang terbuat dari bambu dan pengembangan dari instrumen Calung yaitu tabung bambu yang dipukul, sedangkan angklung merupakan tabung bambu yang digoyang, menghasilkan hanya satu nada untuk setiap instrumennya. Awalnya angklung hanya bernada pentatonis (da mi na ti la) oleh karena itu dibutuhkan puluhan orang untuk memainkan angklung agar terdengar harmonis. Maka bisa dibilang bermain angklung juga membentuk kerjasama team yang solid.

Kini dengan teknik tertentu angklung  bisa dimainkan oleh beberapa orang saja dan bahkan bisa ditampilkan dalam bentuk orkestra yang bisa memainkan tidak hanya lagu daerah tetapi juga lagu pop populer bahkan lagu internasional.

Kamis, 18 Juni 2015

Resep Ayam Goreng Mentega



Seperti biasa, karena kepingin masak yang simple dan bisa dimakan anakku sekalian, jadi masakan yang kupilih pasti yang guruh-gurih, kalau kepingin pedas tinggal tambahkan sambal. Resep Ayam goreng mentega ini simple banget, dengan proses pengerjaan yang juga terbilang cepat dan bahan bahan yang mudah didapat.

Bahan :
1 ekor ayam yang telah dipotong, cuci bersih
1 buah jeruk nipis
3 siung bawang putih (iris kecil)
1 bawang bombay (iris melintang)
2 ruas jahe (keprek)
1 sdt lada bubuk
10 sdm kecap manis
1/2 sdt kaldu ayam bubuk
100 gr mentega/margarin
200ml minyak goreng

Cara Membuat :
1. Lumuri ayam yang telah dicuci bersih dengan air perasan jeruk nipis, biarkan beberapa saat, lalu goreng ayam sampai matang.Angkat dan sisihkan.
2. Lelehkan mentega, tambahkan 1sdm minyak goreng, masukkan bawang putih, bawang bombay dan jahe, tumis hingga harum.
3. Masukkan ayam, tambahkan kecap manis, lada bubuk, garam, kaldu bubuk, aduk merata hingga beberapa saat.
4. Ayam goreng mentega siap disajikan.

Catatan :
Jika suka boleh ditambahkan kecap inggris atau saus tiram. Kalau untukku hanya dengan kecap si cukup, gurih manisnya dapet dan rasanya ngga kalah dengan ayam goreng mentega ala ala resto looo.