Kamis, 30 Juli 2015

Dago Pakar Waterfall, Bandung


Melanjutkan cerita perjalanan ke Bandung yang MASIH belum selesai juga (hadeeehhh...ini bersambungnya emang lamaa, maap yaah pemirsa) ada cerita terakhir dari tempat yang aku, anakku dan teman-teman kunjungi, yaitu Dago Pakar Waterfall. Berbeda dengan Kawah Putih dan Bukit Moko yang alami, air terjun ini asssli bikinan manusia. Ngga heran doong ya dengan penampakan yang rapih dan bersih.

Air Terjun Dago Pakar ini berada di dalam kawasan Dago Pakar dekat dengan belokan menuju Hotel Marbella Dago tempat kami semua menginap. Tapii karena saking deketnya dari hotel dan dilewatin pulang pergi cuma ya baru sempet foto-foto di hari terakhir nginap sebelum kita pulang.

Air Terjun buatan ini memang pas untuk jadi background foto, karena detailnya yang alami mirip seperti sungguhan dengan tatanan taman yang apik serta ubin warna warni. Karena memang sebagai hiasan kawasan dago pakar maka menuju ke air terjun ini tidak dipungut biaya alias gratis. Tidak banyak yang bisa diceritakan dari air terjun buatan ini, karena memang bukan kawasan wisata.


Rabu, 22 Juli 2015

Hutan Pinus Gunung Pancar, Sentul City, Bogor



Menghabiskan masa cuti bersama Yanda yang harus dimaksimalkan, maka Selasa (21/7) kemarin kita bertiga piknik ke Gunung Pancar, Sentul, Bogor. Masih inget doong dengan cerita kunjungan ke Bukit Moko, Bandung yang ada Bukit Bintang dengan hamparan pohon pinus yang menjulang, karena ketika di Bandung ngga sempat (bukan waktunya, tapi tenaganya) meneruskan perjalanan ke hutan pinus maka terbayar sudah di Gunung Pancar, Sentul.


Mencari lokasi hutan pinus Gunung Pancar awalnya percaya dengan aplikasi Maps dari ponsel, mengingat aplikasi ini sering membantu mengarahkan sampai tujuan dengan benar. Tapi tidak untuk kali ini. Karena tujuan Gunung Pancar yang diarahkan menuju ke Curug Bidadari yang letaknya melenceng jauh. Karena ingat pernah membaca di sebuah blog tentang jalan menuju Gunung Pancar yang mengikuti arah Jungle Land maka cara satu-satunya adalah bertanya (malu bertanya memang akan sesat dijalan). Daripada kita malah terus ke Jungle Land kan ya (gapapa juga siih, tapi harga tiket holiday yang bikin males, mending nunggu harga normal aja). Setelah bertanya dengan si akang tukang warung yang menunjukkan arah yang tepat maka sampailah kita di lokasi Gunung Pancar.

Arah persis menuju Gunung Pancar memang serupa dengan arah menuju ke tempat wisata Jungle Land, keluar tol di Sentul Selatan ikuti petunjuk menuju Jungle Land lalu sebelum pos masuk ke tempat parkir Jungle Land (setelah ruko) ambil jalan berbelok ke kanan. Lurus terus sampai menemukan pertigaan 'Pedagang Sate Kiloan' belok ke kanan lagi dan lurus terus ikuti jalan. Setelah melewati bukit dengan jarak tidak jauh akan terlihat gapura besar bertuliskan 'Gunung Pancar'. Atau bisa juga mengikuti petunjuk arah bertuliskan 'pemandian air panas'.

Lokasi persis Gunung Pancar di Desa Karang Tengah, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor ini sebenarnya sudah diketahui penduduk Bogor dan Sekitarnya sejak lama. Namun sejak social media populer dengan foto-foto di spot unik maka lokasi Gunung Pancar makin terkenal. Ya apalagi kalau bukan karena 'pose' diantara hutan pinus yang menjulangnya itu.


 
Walaupun ketika sampai di Gunung Pancar di waktu matahari lagi panas-panasnya (sekitar jam 11) tapi ngga terasa terik looo, ya karena tertutup pohon pinus yang tinggi dan berada di ketinggian kurang lebih 800m diatas permukaan laut. Kegiatan berlanjut dengan mengeluarkan tongsis dari tas dan acara jeprat jepret narsis kekinian diantara pinus yang menjulang pun berlangsung. Di dalam hamparan pohon pinus terdapat banyak batu batu besar yang dimanfaatkan pengunjung untuk 'pose'. Ada juga beberapa keluarga besar yang asik ngadem sambil gelar tikar dan membuka bekal makanan. Berhubung rencana piknik ini dadakan dan memang rencana mau makan siang di resto ikan bakar di kawasan Sentul jadi makanan yang dibawa hanya roti, chiki dan air putih, nikmati ajaaa apa yang ada sambil duduk duduk santai.

Di dalam kawasan Hutan Pinus terdapat camping ground dengan satu tenda besar yang berdiri saat itu. Mungkin ketika musim liburan sekolah yang tidak bertepatan dengan lebaran akan ada lebih banyak tenda. Ketika masuk tadi memang terdapat tulisan di bagian informasi bahwa mereka menyewakan tenda, sayangnya tidak sempat bertanya harga untuk jadi referensi alternatif karena mas banu beberapa kali minta liburan bikin kemah di hutan.



Di area Camping ground terlihat bersih, sayangnya area lain di sekitarnya kotor dengan sampah bekas nasi bungkus, snack, botol air minum, dll. Kenapaaaa yaaa kawasan se-adem ini harus dihiasi dengan sampah, apa ngga bisa yaa pengunjung itu mengumpulkan sampah dan membawanya kembali sampai menemukan tong sampah.

Sementara dua jagoan itu lari larian bercanda, bundanya duduk santai di batu sampai alarm perut bunyi tanda lapar karena ngga terasa sudah jam 1 siang. Saatnya beranjak karena kita juga harus sholat Dhuhur. Lain waktu kesini lagi agak pagian, pakai sepatu kets dan sepeda untuk jalan jalan di track sekitar yang sudah ter-aspal rapih berikut perbekalan lengkap plus tika. 

 



Sebelum makan siang kami mampir untuk sholat Dhuhur di Masjid Jami Al Munawaroh di sekitar bundaran arah Jungle Land yang merupakan sebuah masjid dengan konsep terbuka dan desain yang unik. 






Gagal ke Ancol Ecopark

Dikarenakan si mas beberapa kali bilang mau ke pantai akhirnya hari minggu (19/7) atau H+2 kemarin memutuskan untuk rekreasi ke Ancol. Kenapa rekreasi ini dibilang gagal, karena tujuan awal kami ke Ancol yang semula mau ngadem ke Ancol Ecopark, berakhir dengan hanya 'numpang makan siang' di Ancol Mall. Kondisi awalnya adalah setelah membayar tiket masuk semua mobil diarahkan parkir di lapangan luas depan Ancol Beach City Mall dan harus menggunakan bis khusus kawasan untuk menuju lokasi yang diinginkan.

Dikarenakan saking banyaknya pengunjung maka desak desakan ketika bis datang pun jadi pemandangan umum. Di bagian lain 'halte bayangan' terdapat jajaran bangku yang dipenuhi orang tua serta keluarga yang membawa anak balita. Kondisi seperti ini memang menyebalkan untuk sebagian orang (termasuk aku), karena tujuan membawa mobil sudah pasti untuk kenyamanan dengan membawa serta orang tua, anak anak, sekaligus perbekalan piknik di dalamnya. Tapi dengan kondisi yang mengharuskan melanjutkan perjalanan dengan bis maka bisa dibayangkan yaa rempongnya harus membagi tugas antara menggendong atau menggandeng anak, membawa tikar, menenteng stroller, kotak makanan (atau bahkan beberapa membawa termos air panas besar juga), sampai menuntun orang tua yang takut didorong orang lain.

Mungkin akan lebih enak naik Trans Jakarta sepertinya dengan shelter akhir yang letaknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki menuju Dufan, Gelanggang Samudra atau Atlantis. Mengingat Ancol Beach City Mall ini letaknya jauh di ujung yang tidak memungkinkan untuk berjalan kaki. Akhirnya dengan melihat kondisi yang 'riweh' tersebut kami bertiga mengurungkan niat ke Ancol Ecopark karena berpikir berangkatnya saja sulit, apalagi pulangnya...dan melangkahkan kaki ke Ancol Beach City Mall untuk sejenak melihat pantai.

Sesuai dugaan, di dalam mall juga penuh pengunjung yang mungkin sebagian besar adalah pengunjung yang seperti kami, malas untuk berdesakan naik bis. Ancol Beach City Mall memiliki bagian yang menghadap langsung ke pantai, dan si mas semangat mau berendem kaki sambil main pasir. Untungnya karena pantainya penuh orang dan panas matahari yang terik si mas hanya mencelupkan kakinya dan tidak perlu sampai mandi, karena kamar mandinya pun super antri, maka tisu basah menjadi penolong.

Selesai main alakadarnya di pantai lanjut cari makan siang di dalem mall dan pulang. Singkat banget sampai serasa 'beli tiket masuk untuk pulang'. Kesimpulannya kalau lagi holiday season jangan pernah berpikir untuk ke Ancol.

Karena hampir semua bagian penuh orang, jadi fotonya hanya seperti ini aja nih, ngga ada foto lain.


Senin, 22 Juni 2015

Bukit Moko dan Warung Daweung, Bandung

Beres beli oleh oleh serba angklung di Saung Angklung Udjo perjalanan dilanjutkan dengan tujuan Bukit Moko. Menuju ke Bukit Moko dengan meneruskan Jalan Padasuka ke arah atas menuju Desa Cimenyan sampai mentok dengan waktu tempuh sekitar setengah sampai dengan 1 jam. Nah mentoknya ini yang membuat perjalanan terasa agak jauh mengingat tipe jalanan kecil dan menanjak curam (meskipun di aplikasi peta terpampang waktu tempuh kisaran 30 menit aja).

Di sepanjang perjalanan menuju Bukit Moko kita disuguhkan pemandangan yang 'hijau' alami nan sejuk. Sebenarnya pemandangan serupa dengan daerah puncak, yang juga menampilkan susunan sawah dan kebun yang rapih. Cuma yaaa tetep yaa, orang kota yang biasa ngeliat pemandangan tembok beton kalau melihat yang 'hijau-hijau' alami langsung terkesima.

mirip puncak kan
Sebagai informasi, tidak ada kendaraan umum yang lewat sini. Satu-satunya cara mencapai Bukit Moko adalah dengan menggunakan kendaraan pribadi, sepeda, motor, mobil, atau kalau ingin ekstrim bisa dengan berjalan kaki. Perlu diingat, karena kondisi jalanan yang menanjak terjal dan terbilang ekstrim maka mobil yang digunakan usahakan jangan sedan yaa.

Bukit Moko ini sebenarnya sudah dikenal oleh warga Bandung sebagai puncak tertinggi kota Bandung dengan ketinggian 1500m diatas permukaan laut. Keberadaan Bukit Moko makin terkenal dan populer via jejaring sosial semenjak banyak orang berpose di atas puncak Bukit Moko ketika matahari terbit atau terbenam dan pemandangan malam dengan kelap kelip lampu kota Bandung. Keinginan mengunggah foto yang serupa lah yang menjadikan banyak orang mulai berbondong bondong datang ke tempat ini.

sambil ngambil napas ketika nanjak, pose duluuu !!

Sampai di area parkir Bukit Moko kami perlu menanjak cukup tinggi. Untungnya Mas Banu tetap enjoy dan ngga rewel waktu nanjak (malah bundanya yang ngos ngos an akibat minim olahraga). Lokasi pertama yang terlihat adalah Warung Daweung, warung yang tenar karena letaknya diatas Bukit Moko dan jadi spot foto-foto matahari terbit/terbenam. Di sisi lain terdapat penunjuk arah menuju Bukit Bintang dengan hamparan hutan pinus yang menjulang. Di tengah pohon-pohon tinggi itulah yang juga menjadi spot foto favorit yang dipajang di sosial media. Untuk masuk ke kawasan hutan pinus pengunjung dikenakan tarif Rp.8.000/orang. 
foto di pojok Warung Daweung

begini penampakan bukit pinusnya dan abaikan modelnya (huhu....tutup pala biar ga dijitak)


Karena berpikir jalan akan terus menanjak, aku takut kondisi si mas kecape'an (anaknya sih seger buger keliatannya, tapi jujur emaknya yang berasa pegel banget), maka memutuskan untuk stop di Warung Daweung bareng Windy. Sementara Yayu dan temannya Lala meneruskan menuju hutan pinus. Warung Daweung menjual paket makanan satu harga Rp.25.000 dengan beberapa pilihan isi paket. Secara garis besar isi dalam paket tersebut terdapat air mineral, minuman hangat dan makanan. Perlu diperhatikan mengingat keberadaan diatas bukit maka jangan sekali-sekali bisa membayar dengan debit apalagi credit card di warung ini. Oleh karena itu pastikan membawa uang cash yang cukup.

Menjelang magrib Yayu dan temannya kebali ke Warung Daweung dan menjelaskan kondisi jalan yang landai di hutan pinus (huhu....next time siapkan kondisi prima biar bisa total travellingnya). Sayangnya beberapa saat sebelum matahari terbenam turunlah gerimis mengundang, jadi matahari terbenamnya agak tertutup awan, tapi tetep bisa dinikmati keindahannya, lumayanlahhh daripada manyun.

sesaat sebelum langit gelap

ngeliat apa siiih tantee ?


ketika langit sudah gelap
Karena kondisi gerimis yang terus menerus datang tanpa berhenti, maka kondisi jalan bisa dipastikan licin (khawatir gimana turunnya). Dan kekhawatiran saya ternyata benar adanya. Kondisi jalan yang menggunakan batu kali menjadi super licin ketika terkena tetesan hujan plus tanah lempung dari sekitarnya yang bisa dibayangkan bagaimana licinnya dan kami harus melewatinya dengan kondisi MENURUN !. Butuh perjuangan ekstra dengan beberapa kali terpeleset ketika menuruni bukit. Kondisi terpeleset inilah yang ditakutkan karena berpotensi untuk tergelincir sampai ke bawah, plus minimnya penerangan disana. Kondisi jalan yang seperti itu memang terbilang sulit dilintasi walaupun tanpa alas kaki sekalipun (makin berbahaya tanpa alas kaki karena beberapa bagian sudut batu kali yang tajam) mengingat alas kaki kami semua rata-rata bersol karet yang bisa dibilang nyaman untuk kondisi ekstrim, tapi ternyata tidak untuk jalur kali ini.

Berdasarkan pengalaman aku dan teman-teman, beberapa kondisi berikut perlu diperhatikan sebelum memutuskan pergi ke Bukit Moko :
1. Gunakan kendaraan tinggi yang siap untuk medan menanjak.
2. Bawa uang tunai cukup.
3. Bawa jaket atau sweater, karena kondisi malam yang dingin.
4. Usahakan membawa senter kecil, jangan mengandalkan senter dari ponsel.
5. Pakai alas kaki nyaman, atau sepatu sport.

Jangan lupa baca juga pengalaman kami mengunjungi Kawah Putih yaaa.




Minggu, 21 Juni 2015

Saung Angklung Udjo

Melanjutkan tulisan Bandung Trip hari pertama ke Kawah Putih yang sempat tertunda karena drama Demam Berdarah yang menerjang aku dan pak suami maka project tulisan perjalanan hari kedua baru dilanjutkan sekarang. Di hari kedua jalan-jalan personil bertambah 1 orang teman Yayu sejak semalam, jadi rombongan total sekarang adalah 4 dewasa dan satu anak kecil. Rute pertama perjalanan adalah makan Mie Bakso Akung yang terletak di Jl. Lodaya No.123, Bandung. Ceker dan pangsit kuah tetap jadi menu favoritku disini, dan ternyata mas Banu juga suka (emang pada dasarnya anak ini doyan ceker). Perut kenyang, lalu lanjut ke rute berikutnya, yaitu Saung Angklung Udjo yang berada di Jl.Padasuka No.118. 

Sebagai informasi yang dikutip dari sumber Wikipedia, Saung Angklung Udjo dibangun pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena atau juga dikenal sebagai Mang Udjo bersama dengan istrinya, Uum Sumiati, dengan tujuan melestarikan seni dan budaya tradisional Sunda.Sesuai dengan tema yang mengusung 'saung' suasana tempat ini memang asri dengan dikelilingi pohon bambu dan bangunan yang didominasi bambu. 



denah Saung Angklung Udjo
Di tempat ini terdapat sasana untuk pertunjukkan (yang sayangnya ketika disana sedang tidak ada pertunjukkan yang berlangsung melainkan suasana sibuk persiapan menjelang KAA dimana Saung Angklung Udjo menjadi bagian dalam rangkaian acaranya), serta toko oleh-oleh yang menjual hasil tangan perajin lokal yang membuat aneka macam angklung mulai dari yang mini sampai yang besar, wayang, dan berbagai benda kerajinan lainnya. Di lokasi ini juga terdapat pusat produksi angklung dimana pengunjung dapat melihat cara membuat angklung dan bahkan bisa mencoba membuatnya sendiri. 







Berdasarkan informasi yang dikutip dari blog verdisebandung di Saung Angklung Udjo anda bisa melihat berbagai macam kesenian seperti demontrasi wayang golek, upacara heleran, tari tradisional, angklung pemula, angklung orchestra masal dan arumba serta yang paling membuat terkesan yaitu wisatawan akan diajak untuk menari dengan anak-anak. Suasana seperti inilah yang membuat para wisatawan yang pernah berkunjung kemari ingin kembali lagi untuk merasakan suasana khas sunda. Pertunjukan yang rutin berlangsung di Saung Angklung Udjo adalah pertunjukkan Bambu Petang yang biasa ditampilan setiap hari mulai pukul 15.30 wib.

Harga tiket masuk untuk menyaksikan pertunjukkan di Saung Angklung Udjo adalah sebagai berikut :
Wisatawan Lokal             : Rp. 60.000
Wisatawan Mancanegara : Rp. 100.000
Pelajar                            : Rp. 35.000
Harga itu sudah termasuk souvenir berupa kalung berbandul angklung, brosur dan minuman gratis.

Angklung merupakan instrumen musik tradisional yang terbuat dari bambu dan pengembangan dari instrumen Calung yaitu tabung bambu yang dipukul, sedangkan angklung merupakan tabung bambu yang digoyang, menghasilkan hanya satu nada untuk setiap instrumennya. Awalnya angklung hanya bernada pentatonis (da mi na ti la) oleh karena itu dibutuhkan puluhan orang untuk memainkan angklung agar terdengar harmonis. Maka bisa dibilang bermain angklung juga membentuk kerjasama team yang solid.

Kini dengan teknik tertentu angklung  bisa dimainkan oleh beberapa orang saja dan bahkan bisa ditampilkan dalam bentuk orkestra yang bisa memainkan tidak hanya lagu daerah tetapi juga lagu pop populer bahkan lagu internasional.

Kamis, 18 Juni 2015

Resep Ayam Goreng Mentega



Seperti biasa, karena kepingin masak yang simple dan bisa dimakan anakku sekalian, jadi masakan yang kupilih pasti yang guruh-gurih, kalau kepingin pedas tinggal tambahkan sambal. Resep Ayam goreng mentega ini simple banget, dengan proses pengerjaan yang juga terbilang cepat dan bahan bahan yang mudah didapat.

Bahan :
1 ekor ayam yang telah dipotong, cuci bersih
1 buah jeruk nipis
3 siung bawang putih (iris kecil)
1 bawang bombay (iris melintang)
2 ruas jahe (keprek)
1 sdt lada bubuk
10 sdm kecap manis
1/2 sdt kaldu ayam bubuk
100 gr mentega/margarin
200ml minyak goreng

Cara Membuat :
1. Lumuri ayam yang telah dicuci bersih dengan air perasan jeruk nipis, biarkan beberapa saat, lalu goreng ayam sampai matang.Angkat dan sisihkan.
2. Lelehkan mentega, tambahkan 1sdm minyak goreng, masukkan bawang putih, bawang bombay dan jahe, tumis hingga harum.
3. Masukkan ayam, tambahkan kecap manis, lada bubuk, garam, kaldu bubuk, aduk merata hingga beberapa saat.
4. Ayam goreng mentega siap disajikan.

Catatan :
Jika suka boleh ditambahkan kecap inggris atau saus tiram. Kalau untukku hanya dengan kecap si cukup, gurih manisnya dapet dan rasanya ngga kalah dengan ayam goreng mentega ala ala resto looo.

Selasa, 21 April 2015

Kawah Putih

Acara jalan-jalan ke Bandung kali ini bisa dibilang dadakan, rencana dimulai di awal minggu dan kita berangkat di jum'at nya, walau menurut saya dadakan tapi dua sahabat yang ngajak sepertinya sudah punya beberapa tempat tujuan, intinya mah saya ngikut. Kalau bahasa romantisnya 'you jump i jump' haah apasihh. 2 orang sahabat saya bernama Windy sebagai pengemudi (baku banget, ntar kl ditulis driver orangnya ngamuk ngamuk) dan Yayu yang ada di sampingnya sebagai navigator dan kita berdua (aku dan mas banu) duduk di bangku tengah menikmati pemandangan kota.



Perjalanan langsung ke Bandung start dr rumahku sekitar jam setengah 11an, mampir sebentar untuk ke toilet di rest area sekitar dhuhur dan sampailah kita keluar di Kopo sekitar jam 1an. Awalnya lumayan bingung juga kenapa keluar di Kopo, ternyata mereka sudah menyusun rencana mau ke Kawah Putih dulu, ngikut dahhh. Mengunjungi Kawah Putih untuk aku dan Banu bukan pertama kalinya, tapi terakhir kali kesana lebih banyak melihat orang ketimbang menikmati keindahannya.

Dari pintu keluar tol Kopo langsung belok kanan untuk menuju ke arah Kawah Putih lewat Soreang. Petunjuknya jalan yang ada mengarahkan ke Soreang. Setelah di daerah Soreang terus ikutin arah ke Ciwidey, karena letak Kawah Putih ini lebih atas lagi dari Ciwidey. Perjalanan dari keluar tol sampai ke kawasan Kawah Putih butuh waktu sekitar 1,5 jam, tergantung keadaan jalan juga ya, mengingat daerah Kopo itu sering macet, kebetulan pas Jum'at kemarin lancar jaya.

Setelah mampir sebentar untuk sholat dan makan di restoran Sindang Reret di daerah Ciwidey perjalanan dilanjutkan dan kita sampai di Kawah Putih sekitar jam 4 sore. Tiket masuk ke kawasan Kawah Putih Rp.18.000/orang, dan parkir mobil di atas dikenakan tarif Rp.150.000. Mobil pribadi diparkir ke atas sebenarnya adalah pilihan, karena di sana disediakan transportasi angkutan umum (yang mereka sebut ontang-anting) dengan tarif Rp.15.000 pulang-pergi, jadi jika mobil parkir di bawah dan ke atas naik Ontang anting hanya perlu membayar Rp.33.000 (Rp.18.000 tiket masuk + Rp.15.000 angkutan). Karena kesana pas hari biasa, dan keliatannya kalau naik angkutan ke atas membutuhkan waktu lama (karena nunggu penuh) maka diputuskan mobil parkir di atas dengan total yang harus dibayar Rp.204.000 (3tiket orang dewasa @Rp.18.000 + jasa parkir atas Rp.150.000). Di loket tiket diberi wejangan sama mba-mba tiket bahwa pedagang di kawasan atas sudah banyak tutup (karena kita datang saat injury time alias kesorean, intinya diatas sudah sepi dan bebas berekspresiiii !.


photo by : kawahputihciwidey.com
Jarak dari loket gerbang masuk ke kawasan Kawah Putih sekitar 5km dengan tanjakan dan turunan terjal plus bonus aspal yang rusak. Mengingat tarif jasa parkir mobil pribadi di kawasan atas yang cukup mahal seharusnya jalanannya diperbaiki nih. Sesampainya di kawasan atas disuguhkan area parkir yang super lowong, bertolak belakang sama kunjungan terakhir yang rame dan dapet parkir agak jauh.



Menuju ke kawasan belerang pengunjung harus meniti tangga menurun yang cukup banyak. Dan sesuai dugaan, di kawasan belerang yang didominasi warna air di danau yang hijau dan hamparan bebatuan putih ini memang sepiii, maka segeralah dikeluarin handphone berikut tongsis dan tomsis pelengkapnya. Tidak perlu seorang fotografer dengan skill fotografi berikut teknik mutakhir untuk mendapatkan foto ciamik di kawasan ini, mengingat sekitaran lokasi yang memang sudah futuristik dengan udara jernih. Sayangnya cagar alam yang indah ini harus terkena 'tangan jahil' yang mncorat coret baru besar di kawasan danau.


Sekilas cerita sejarah soal Kawah Putih ini konon katanya Kawah putih merupakan sebuah danau yang terbentuk dari letusan Gunung Patuha. Tanah yang bercampur belerang di sekitar kawah ini berwarna putih, lalu warna air yang berada di kawah ini berwarna putih kehijauan, yang unik dari kawah ini adalah airnya kadang berubah warna. Kawah ini berada pada ketinggian +2090 m dpl dibawah puncak/titik tertinggi Gunung Patuha. Mengingat soal 'air yang berubah warna' ketika kesana kita ngalamin tuh, sewaktu awal dateng warna air masih kehijauan, dan beberapa saat kemudian berubah putih dengan asap mengepul di atas air dan bau belerang semakin menusuk. Walau dengan bersin bersin melanda karena dingin dan bau belerang tapi tetep kekeuh sayamah ga mau pakai masker, demi foto ciamik (halah!). Dahulunya konon lokasi ini adalah kawasan angker karena setiap burung yang terbang melewati kawasan tersebut akan mati. Karena sudah jadi tempat wisata maka lama kelamaan 'hawa' angkernya berkurang kali ya, tapi tetep jaga sikap loo.

Setelah puas bereksplorasi foto-foto maka tiba saatnya untuk pulang, berukut beberapa foto keren yang mewakili ke-kaguman kita akan keindahan danau Kawah Putih (antara kagum sama narsis akut itu beda tipis kayaknya ya).







-all photo taken by tante Windy dan tante Yayu smartphone yang canggih, makasiiiiihhhh :)- *kecupbasah


Rabu, 08 April 2015

Resep Onion Ring

Kadang kadang kalau lagi iseng kepingin bikin cemilan ala ala resto junkfood tapi bikin sendiri di rumah, salah satunya yang gampang dibuat adalah Onion Ring ini. Onion ring ini enak buat dimakan hangat dengan porsi cukup, alias ngga kebanyakan, kalau kebanyakan rasanya eneg, bawang bombay gitu loo :). Onion ring dengan 1 bawang bombay ukuran sedang rasanya pas untuk sekali makan sekeluarga.

Bahan - bahan :
- Bawang Bombay ukuran sedang 1 buah
- susu cair dingin 100ml
- tepung beras 300gr
- garam 1 sendok teh
- lada bubuk 1/2 sendok teh
- minyak secukupnya untuk menggoreng

Cara Membuat :
1. Iris melintang bawang bombay, lalu urai ringnya satu persatu.
2. Buat larutan basah (batter) dengan mencampurkan susu dingin dengan 4 sendok makan tepung beras, aduk rata.
3. Buat larutan kering dengan mengaduk rata tepung beras sisanya dengan garam dan lada bubuk.
4. Celupkan ring bawang bombay ke larutan basah lalu gulingkan di adonan kering, lakukan hal yang sama sekali lagi supaya tepung agak tebal.


5. Goreng dalam minyak sedang sampai matang kecoklatan dan Onion Ring siap dihidangkan.




Catatan : Jika di rumah tidak sedia susu cair dingin bisa diganti dengan air es dingin. Onion ring dengan resep seperti diatas renyah cukup lama, ada yg bilang jika dicampur dengan tepung maizena akan lebih renyah, tapi blm sempat nyoba.

Selamat bepesta Onion Ring!




Rabu, 01 April 2015

Resep Perkedel Kornet

Jika search ke google tentang resep perkedel kornet sering ditemukan resep yang menggunakan bubuk penyedap dalam rangkaian bumbu. Karena saya ngga pernah sedia dan selalu mengandalkan jasa garam, gula serta lada dengan takaran yg pas akan menghasilkan rasa yg oke punya, maka opsi pemakaian bubuk penyedap jauh dari pikiran. Nah inilah resep Perkedel Kentang 'ala' saya.

Bahan :
- 1 kg kentang
- kornet kira-kira 120-150 gram (sesuai selera)
- 2 butir telur
- bawang goreng 2 jumput
- garam secukupnya
- gula pasir secukupnya
- lada bubuk secukupnya
- minyak untuk menggoreng

Cara membuat :
1. Kupas kentang, cuci bersih lalu potong sedang.


2. Goreng kentang sampai matang, angkat dan tiriskan.


3. Campur kornet, bawang goreng, garam, gula, dan lada lalu tumbuk (bisa menggunakan chopper, bisa juga pakai ulekan) sampai kentang halus. Setelah itu campurkan satu butir telur ke dalamnya lalu aduk rata.


4. Pulung adonan kentang (karena kelamaan dibuletin satu persatu saya menggunakan 2 buah sendok makan, bolak balik adonan dengan bantuan 2 sendok makan) lalu masukkan ke kocokan telur (satu butir telur lainnya taruh dalam mangkok lalu kocok lepas). Adonan yang telah terbalut telur langsung goreng.


5. Inilah hasil jadinya, kalau kebanyakan adonan bs simpan di freezer, bulatkan lalu cemplung ke kocokan telur dan goreng sesaat sebelum makan.


Senin, 09 Maret 2015

Chipmunk Playland Bekasi

Sebenarnya mengunjungi Chipmunk Playland ini di minggu kemarin, ketika si mas dan bunda sudah sembuh maka gatel lah kita berdua untuk jalan-jalan (walau sebenernya saat itu bundanya masih rada pusing). Berpikir mau kemana yang ngga jauh (karena masih rada pusing nyetir jauh) jadilah merencanakan nonton dan main di playland (haha, naluri emak-emaknya ga bs di bo'ongin, mau refreshing yang dipikirin buat anak, bukannya refreshing sendiri kek ke salon).

Teringat ada teman yang bilang kalau Chipmunk Playland yang di bekasi sudah buka kembali (belum paham sebenernya soal 'buka kembali' karena memang taunya ya Chipmunk ini adanya di Mall Kota Casablanca aja tapi ternyata dulunya katanya memang pernaah buka di Bekasi). Maka selagi si mas masih di sekolah meluncurlah ke oom Google, browsing Chipmunk yang di Bekasi dan sekaligus liat jadwal bioskop. Hasilnya di bioskop ada Shaun The Sheep Movie yang asik ditonton berdua. Pulang si mas sekolah langsung meluncurlah kita berdua ke Mega Bekasi Hypermall (itu looo Moll yg ada Giant nya yang di depan MM).



Chipmunk Bekasi memang lebih kecil dari Chipmunk Kota Casablanca, dari harga tiket juga jelas beda yaaa, tapi overall cukup lengkap lahhh, apalagi pas berkunjung di weekday sepi dan si mas mainnya puass.  Huhu...gimana ngga puaass, bayangin aja main dari abis nonton jam setengah 4 lanjut terus sampe jam setengah 8 malem, sampe habis air putih satu botol sedeng, sholat ashar dan magrib disitunya, ngga kerasa laper juga dia (karna sebelum masuk sudah habis 2 roti boy), bundanya udah dari berbagai gaya, dari sesekali masuk ikut main, liat-liat kerudung di lantai bawah, nyariin cover handphone masih belum selesai juga.

Harga tiket
Karena ngga terlalu banyak pengunjung jadi mas-mas dan mba-mba penjaganya antusias banget, mau main apa-apa dijagain. Mas banu nyobain semuanya, dari mulai bom bom car, seluncuran yang tinggi banget, tembak-tembakan bola, main balok, tinju-tinjuan, terowongan, flying fox sampe main di tempat anak balita. Padahal bundanya niiih udah ngilu ngeliat tingginya itu seluncuran, tapi anaknya mah cuekkk bolak balik meluncur.


perosotannya tinggi kannn
flying fox

bom-bom car dan area balita

ruang tunggu pendamping sekaligus tempat makan


Jadiii yang tinggal di Bekasi dan sekitarnya bisa jadi alternatif yaaah, ngga perlu jauh-jauh ke Kota Casablanca untuk main di Chipmunk.